Human Encapsulations
Keterbatasan manusia adalah suatu keadaan yang
menunjukkan bahwa manusia memiliki keterbatasan, baik dalam pikiran, perasaan,
perbuatan, maupun dalam karya manusia. Manusia mampu membuat pesawat dengan
teknologi yang sangat tinggi, namun tetap saja ada kerusakan yang terjadi. Hal
tersebut menunjukkan bahwa sehebat apapun, manusia tetap memiliki keterbatasan.
Namun dengan keterbatasan yang dimiliki bukanlah sebuah halangan ataupun alasan
bagi manusia untuk berkarya.
1. Memori.
Secara
etimologi (asal kata), memori adalah keberadaan akan pengalaman masa lampau
yang hidup kembali, catatan yang berisi penjelasan, alat di komputer yang dapat
menyimpan dan merekam informasi. Memori juga berarti ingatan yang mempunyai arti
lebih luas yaitu:
1. Apa yang diingat, yang terbayang di pikiran sepanjang
ingatan.
2. Alat atau daya batin untuk mengingat atau menyimpan sesuatu
yang pernah diketahui (dipahami atau dipelajari).
3. Pikiran, dalam arti angan-angan, kesadaran.
4. Apa yang terbit di hati, seperti niat atau cita-cita.
Gros
dan CO mengatakan: “Kapasitas neuropsikologi dari otak manusia untuk memproses
dan merekam informasi dapat merupakan faktor pembatas yang dominan untuk pertumbuhan
keseluruhan informasi yang tersimpan secara global, dengan kenyataan kendala
ekonomi hanya memiliki pengaruh yang diabaikan.” Dengan kata lain, informasi
global tidak dapat tumbuh lebih cepat daripada kemampuan kita untuk menyerap
atau memonitor itu.
Hal
ini masuk akal dan menimbulkan beberapa opsi yang menarik untuk penelitian masa
depan. Misalnya, akan menarik untuk melihat bagaimana kecerdasan mesin bisa
mengubah persamaan ini. Sangat mungkin bahwa mesin dapat dirancang untuk
mendistorsi hubungan kita dengan informasi.
John
von Neumann di Universitas Yale tahun 1956 pernah memperkirakan kapasitas otak
manusia sebesar tiga puluh lima exabyte (satu exa=seribu peta=sejuta tera=semiliar
giga). Prof Ralph Merkle dari Georgia Tech mengusulkan melakukan eksperimen
langsung yang mencatat kapasitas otak secara langsung. Ia mengambil beberapa
hasil studi sebelumnya, dan melakukan kalkulasi ulang.
Hasilnya mengesankan sekali. Kapasitas memori kita diperkirakan hanya
sekitar 200 megabyte. Otak kita sangat istimewa karena dia tak melakukan
processing dan penyimpan seperti komputer. Otak mampu melakukan pengelolaan
sumber daya memori yang luar biasa sehingga dengan kapasitas sekian, ia mampu
menyimpan dan mengolah informasi jauh lebih handal daripada komputer.
Menurut MIT
Technology Review telah muncul bukti bahwa kapasitas otak
untuk menyerap informasi membatasi jumlah data yang dapat
dihasilkan manusia
2. Persepsi
dan Representasi
Persepsi
dalam psikologi diartikan sebagai
salah satu perangkat psikologis
yang menandai kemampuan
seseorang untuk mengenal dan
memaknakan sesuatu objek yang ada di
lingkungannya. Menurut Scheerer persepsi adalah representasi
fenomenal tentang objek distal sebagai hasil dari pengorganisasian
dari objek distal itu
sendiri, medium dan rangsangan proksinal
(Salam, 1994).
Dalam
persepsi dibutuhkan objek atau stimulus yang mengenai alat indera dengan
perantaraan syaraf sensorik, kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat
kesadaran (proses psikologis). Selanjutnya, dalam otak terjadilah sesuatu
proses hingga individu itu dapat mengalami persepsi (proses psikologis).
Proses
pemaknaan persepsi yang bersifat psikologis sangat dipengaruhi oleh pengalaman,
pendidikan dan lingkungan sosial secara umum.
Sarwono (1993) mengemukakan bahwa persepsi juga dipengaruhi oleh
pengalaman-pengalaman dan cara berpikir serta
keadaan perasaan atau minat tiap-tiap
orang. Sehingga persepsi seringkali dipandang
bersifat subjektif. Karena itu tidak mengherankan jika
seringkali terjadi perbedaan paham yang disebabkan oleh perbedaan persepsi
antara 2 orang terhadap 1 objek. Persepsi tidak sekedar pengenalan atau
pemahaman, tetapi juga evaluasi bahkan persepsi juga bersifat inferensional (menarik kesimpulan).
Kekeliruan
atau perbedaan persepsi ini dapat membawa macam- macam akibat dalam hubungan
antar manusia. Persepsi sosial berhubungan dengan adanya rangsangan-rangsangan
sosial. Rangsangan- rangsangan sosial ini dapat mencakup banyak hal, dapat
terdiri dari (a) orang atau orang-orang berikut ciri-ciri, kualitas, sikap dan
perilakunya, (b) persitiwa-peristiwa sosial dalam pengertian
peristiwa-peristiwa yang melibatkan orang-orang, secara langsung maupun
tidak langsung, norma-norma, dan lain-lain.
Penelitian
lain menunjukkan bahwa proses persepsi juga dipengaruhi
oleh pengalaman belajar dari masa lalu,
harapan dan preferensi (Bartol & Bartol, 1994).
Terkait dengan persepsi sosial, Istiqomah menyebutkan ada 3 hal
yang mempengaruhi, yakni;
Pertama, variabel obyek-stimulus.
Kedua, variabel latar atau suasana
pengiring keberadaan obyek-stimulus. Ketiga, variabel diri preseptor (pengalaman, intelegensia,
kemampuan menghayati stimuli, ingatan, disposisi kepribadian, sikap, kecemasan,
dan pengharapan).
Representasi
sosial merupakan asusumsi dasar pengetahuan kita tentang dunia untuk
berpartisipasi dalam proses intersaksi sosial. Ini merupakan pandangan sosial
untuk mempertahankan identitasnya dari gempuran dari luar. Dalam
pandangan Moscovici (1973), representasi sosial
merupakan system kognitif, logika dan bahasa. Seperti di kutip oleh
Shikha Dixit58 berikut;
. . . social representations are
cognitive systems with a logic and language of their own and a pattern of
implications, relevant to both values and concepts, and with a
characterstic kind of discourse. They do not represent simply “opinions
about”, “images of ” or “attitudes towards” but “theories” or “branches of
knowledge” in their own right, for the discovery and organization of
reality.59
Barker
(2000), memahami bahwa, representasi mengandung makna pelibatan (inklusi) dan penyingkiran (ekslusi). Eksklusi dan inklusi selalu terkandung
dalam proses kuasa. Pemahaman singkat yang
diajukan oleh Chris Barker di atas sebenarnya memiliki uraian
yang cukup panjang dalam konteks kajian budaya. Pola-pola representasi tidak
serta merta berhubungan erat dengan rajutan dua identitas kebudayaan atau lebih
yang membentuk pergumulan bersama, akan
tetapi juga berkaitan erat dengan
proses pembentukan sterotype. Menurut Dyer (dalam Barker 2000) stereotipe adalah pemberian ciri
negatif terhadap orang-orang yang berbeda dengan diri kita.
Teori
representasi ini, oleh peneliti ditempatkan bukan dalam konteks cara
kerja kekuasaan selama ini membentuk
identitas. Namun representasi dalam konteks penelitian ini
adalah untuk mengetahui cara kerja kebudayaan komunitas Tengger
memunculkan identitasnya, dan tentu saja cara kerjanya berbeda
dengan formasi diskursif yang salama ini dihadirkan oleh kekuasaan.
Sebagaimana
yang disampaikan oleh Andrew Edgar dan Peter Sedgwick “Key Concept in Cultural
Theory” bahwa representasi juga berkaitan erat dengan
pola pola perjuangan dalam mengusung nilai-nilai keterwakilan, pelembagaan
politik, serta tekanan-tekanan politik. Dia juga memahami bahwa, representasi
juga berhubungan erat dengan pembentukan ‘konstitusi politik’ melalui proses-
proses politik. Proses-proses politik itu sendiri
berkenaan dengan diskursus seputar ras dan etnisitas.
Karena
representasi tercipta dari
proses-proses politik, maka
representasi kebudayaan sebenarnya sangat terkait dengan modus kerja kekuasaan.
Representasi bisa dilihat sebagai proses yang
sengaja diciptakan untuk menandai kehadiran identitas yang lain, tetapi
juga simbol dominasi kelompok yang mencipta.
3. Atensi
Atensi atau
perhatian adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi
yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan maupun proseskognitif lainnya. Proses atensi membantu
efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang
terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsang tertentu.
Sumberdaya mental manusia
yang terbatas untuk memroses suatu rangsang membutuhkan bantuan untuk
mempercepat waktu reaksi. Mengarahkan
pada suatu informasi tertentu akan mempercepat proses mental mengolah suatu
rangsang. Misalnya dalam mengemudi, atensi yang mengarahkan pengemudi pada
situasi jalan raya akan
mempercepat reaksinya menginjak pedal rem jika menghadapi situasi membahayakan.
Atensi juga terpengaruh oleh perbedaan usia, terutama pada masa anak.
Groover
menyebutkan bahwa faktor yang memengaruhi persepsi dan ingatan adalah perhatian
(attention). Perhatian merupakan aktivitas menjaga sesuatu tetap dalam pikiran
yang membutuhkan kerja mental dan konsentrasi. Terdapat 5 jenis perhatian,
yaitu:
·
Perhatian selektif
(Selective Attention)
Perhatian selektif
terdapat pada situasi dimana seseorang memantau beberapa sumber informasi
sekaligus. Penerima informasi harus memilih salah satu sumber informasi yang
paling penting dan mengabaikan yang lainnya. Faktor-faktor yang memengaruhi
perhatian selektif adalah harapan, stimulus, dan nilai-nilai. Penerima
informasi mengharapkan sebuah sumber tertentu menyediakan informasi dan
memberikan perhatian lebih pada sumber tersebut, memilih stimulus yang paling
memberikan efek atau terlihat dibanding yang lain, dan memilih sumber informasi
yang paling penting.
·
Perhatian terfokus
(Focused Attention)
Perhatian terfokus
mengacu pada situasi dimana seseorang diberikan beberapa input namun harus
fokus pada satu input saja selama selang waktu tertentu. Penerima informasi
berfokus pada satu sumber/input dan tidak terdistraksi oleh gangguan-gangguan
lain. Faktor yang berpengaruh terhadap perhatian terfokus adalah jarak dan
arah, serta gangguan dari lingkungan sekitar. Penerima informasi akan lebih
mudah menerima informasi dari sumber yang berada langsung di depannya.
·
Perhatian terbagi
(Divided Attention)
Perhatian terbagi terjadi
ketika penerima informasi diharuskan menerima informasi dari berbagai sumber
dan melakukan beberapa jenis pekerjaan sekaligus.
·
Perhatian yang terus
menerus (Sustained Attention)
Perhatian terus menerus
dilakukan penerima informasi yang harus melihat sinyal atau sumber pada jangka waktu
tertentu yang cukup lama. Dalam situasi ini sangat penting bagi penerima
informasi untuk mencegah kehilangan sinyal.
·
Kurang perhatian
(Lack of Attention)
Kurang perhatian
merupakan situasi dimana penerima informasi tidak berkonsentrasi terhadap
pekerjaannya. Situasi ini disebabkan oleh kebosanan/kejenuhan dan kelelahan.
Ciri-ciri pekerjaan yang dapat menimbulkan situasi kurang perhatian adalah
pekerjaan dengan siklus pendek, sedikit membutuhkan pergerakan tubuh,
lingkungan yang hangat, kurangnya interaksi dengan pekerja lain, motivasi
rendah, dan tempat kerja memiliki pencahayaan yang buruk.
Atensi
dapat merupakan proses sadar maupun tidak sadar.
· Proses otomatis tidak
melibatkan kesadaran, misalkan
mengarahkan pandangan pada rangsang yang menarik secara kognisi. Memperhatikan secara otomatis
dilakukan tanpa bermaksud untuk memperhatikan suatu hal. Perhatian terhadap
suatu hal atau tindakan dapat dibentuk sehingga menjadi otomatis (otomatisasi)
melalui latihan dan frekuensi melakukan tindakan tersebut.
· Proses
terkendali biasanya dikendalikan oleh kesadaran, bahkan membutuhkan kesadaran
untuk dapat mengarahkan atensi secara terkendali. Biasanya proses terkendali
membutuhkan waktu lebih lama untuk dilakukan, karena dilakukan secara bertahap.
Proses
pembiasaan terhadap suatu hal selain membentuk proses otomatisasi,
namun juga membentuk habituasi yang
justru menyebabkan atensi menjadi berkurang pada hal-hal berkaitan yang tidak
menjadi fokus dari pembiasaan. Penginput data di komputer lebih memperhatikan
poin informasi yang biasa diinputnya, namun kadang-kadang luput membaca informasi yang berbeda dari biasanya.
Proses pembiasaan tidak hanya menjalankan tugas atensi, namun juga tugas-tugas
lainnya seperti motorik, mengingat dan lain-lain.
0 komentar:
Posting Komentar