Wayne Mark Rooney

October 24 1985, Striker Of Manchester United

Javier Hernandes Balcazar

Juny 1 1988, Striker Of Manchester United

Ryan Joseph Willson Giggs

November 29 1973, Winger Of Manchester United

Nicholas Edward Powell

March 23 1994, Midfield Of Manchester United

Robin van Persie

August 6 1983, Striker Of Manchester United

Rabu, 27 November 2013

Grid Computing

Grid Computing

Latar Belakang Penggunaan Grid Computing
Seiring perkembangan jaman, dimana teknologi komputer sangat dibutuhkan untuk memecahkan suatu masalah baik dalam skala besar maupun skala kecil. Misalnya dalam penyelesaian masalah besar seperti perhitungan intensif perkiraan cuaca dan lainnya dibutuhkan sumber daya komputasi yang berkinerja tinggi (atau juga dikenal dengan sebutan high performance computing). Contohnya seperti Supercomputer dan  Multicomputer. Pada super computer yang memiliki spesifikasi yang bekinerja tinggi, namun untuk memenuhi komputer yang berspesifikasi seperti itu dibutuhkan komponen-komponen yang sesuai dengan kinerja komputer tersebut. Padahal komponen-komponen yang seperti itu hanya bisa didapatkan dengan harga yang relatif tinggi, sehingga hanya sedikit dari peneliti yang dapat memilikinya / menggunakannya. Dalam perkembangannya sistem komputasi dari sisi perangkat lunak maupun perangkat keras yang berkinerja tinggi sangat dibutuhkan oleh user atau  pengguna. Pengguna tidak lagi harus menggunakan super computer dengan harga yang mahal tetapi cukup dengan gridcomputing, semua layanan yang ada pada superkomputer dapat dipenuhi pada gridcomputing, apalagi dengan adanya sumber informasi yang saling terhubung maka akan meningkatkan kinerja gridcomputing.



Sedangkan untuk multi komputer di mana merupakan suatu sistem komputer yang terkoneksi dalam suatu jaringan. Multi komputer lebih terjangkau dibandingkan dengan super komputer. Tetapi banyak kelemahan dibandingkan super komputer maupun gridcomputing yaitu dalam hal pemakaiannya yang tebatas .Selain itu sistem komputer ini, masih menggunakan sisten jaringan umum yaitu lokal jaringan(LAN). Seperti yang telah kita ketahui dalam sistem jaringan LAN banyak kelemahan yang terdapat di dalamnya. Salah satunya kelemahan utamanya adalah dalam jaminan keamanan jaringan. Selain itu kelemahan dari sistem multikomputer adalah perangkat  lunak yang terdapat di multi komputer yang memungkinkan komputer bekerja dalam satu kesatuan yang memilikmi spesifikasi rumit , sehingga user atau pengguna harus mempunyai suatu keahlian khusus dalam  pemanfaatan sistem komputer tersebut.
Dari permasalahan diatas , maka perlu dicarikan suatu solusi dimana suatu sistem komputer yang memenuhi kriteria seperti harga yang terjangkau , keamanan terjamin, mudah digunakan dan tentu dengan sistem kinerja yang tinggi .Salah satu yang ditawarkan adalah gridcomputing.

Sejarah Grid Computing
Komputasi grid istilah berasal dari awal 1990-an sebagai metafora untuk membuat daya komputer sebagai mudah untuk mengakses sebagai listrik jaringan listrik di Ian Foster ‘s dan Carl Kesselman ‘kerja mani, “The Grid: Blueprint untuk infrastruktur komputasi baru”( 2004).
CPU memulung dan komputasi relawan yang dipopulerkan dimulai pada tahun 1997 oleh distributed.net dan kemudian pada tahun 1999 oleh SETI @ home untuk memanfaatkan kekuatan jaringan PC di seluruh dunia, dalam rangka memecahkan masalah-penelitian intensif CPU. Ide-ide dari grid (termasuk yang dari komputasi terdistribusi, pemrograman berorientasi obyek, dan layanan Web) dibawa bersama oleh Ian Foster, Carl Kesselman, dan Steve Tuecke , secara luas dianggap sebagai “ayah dari grid”.
Mereka memimpin upaya untuk menciptakan Globus Toolkit menggabungkan tidak hanya manajemen perhitungan tetapi juga manajemen penyimpanan, keamanan provisioning, data pergerakan, pemantauan, dan sebuah toolkit untuk mengembangkan layanan tambahan didasarkan pada infrastruktur yang sama, termasuk negosiasi perjanjian, mekanisme pemberitahuan, layanan memicu, dan informasi agregasi. Sementara Globus Toolkit tetap standar de facto untuk membangun solusi grid, sejumlah alat-alat lainnya yang telah dibangun yang menjawab beberapa subset dari layanan yang diperlukan untuk membuat suatu perusahaan atau grid global.
Pada tahun 2007 istilah komputasi awan datang ke popularitas, yang secara konseptual mirip dengan definisi Foster kanonik komputasi grid (dalam hal sumber daya komputasi yang dikonsumsi sebagai listrik dari jaringan listrik). Memang, komputasi grid seringkali (tetapi tidak selalu) yang berhubungan dengan pengiriman sistem komputasi awan sebagaimana dicontohkan oleh sistem AppLogic dari 3tera.

Pengenalan Grid Computing
Grid computing sebenarnya merupakan sebuah aplikasi pengembangan dari jaringan komputer (network). Hanya saja, tidak seperti jaringan komputer konvensional yang berfokus pada komunikasi antar pirati (device), aplikasi pada Grid computing dirancang untuk memanfaatkan sumber daya pada terminal dalam jaringannya. Grid computing biasanya diterapkan untuk menjalankan sebuah fungsi yang terlalu kompleks atau terlalu intensif untuk dikerjakan oleh satu sistem tunggal.

Dalam pengertian yang lebih teknis, Grid computing merupakan sebuah sistem komputasi terdistribusi, yang memungkinkan seluruh sumber daya (resource) dalam jaringan, seperti pemrosesan, bandwidth jaringan, dan kapasitas media penyimpan, membentuk sebuah sistem tunggal secara vitual. Seperti halnya pengguna internet yang mengakses berbagai situs web dan menggunakan berbagai protokol seakan-akan dalam sebuah sistem yang berdiri sendiri, maka pengguna aplikasi Grid computing seolah-olah akan menggunakan sebuah virtual komputer dengan kapasitas pemrosesan data yang sangat besar.
Menurut definisi Grid Computing (Komputasi Grid) merupakan salah satu dari tipe Komputasi Paralel, adalah penggunaan sumber daya yang melibatkan banyak komputer terpisah secara geografis namun tersambung via jalur komunikasi (termasuk Internet) untuk memecahkan persoalan komputasi skala besar. Semakin cepat jalur komunikasi terbuka, maka peluang untuk menggabungkan kinerja komputasi dari sumber-sumber komputasi yang terpisah menjadi semakin meningkat. Dengan demikian, skala komputasi terdistribusi dapat ditingkatkan secara geografis lebih jauh lagi, melintasi batas-batas domain administrasi yang ada.
Dalam buku The Grid:Blue Print for a new computing infrastructure dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan komputasi grid adalah infrastruktur perangkat keras dan perangkat lunak yang dapat menyediakan akses yang bisa diandalkan, konsisten, tahan lama dan tidak mahal terhadap kemampuan komputasi mutakhir yang tersedia.
“A computational grid is a hardware and software infrastructure that provides dependable, consistent, pervasive, and inexpensive access to high-end computational capabilities.”
Ide awal komputasi grid dimulai dengan adanya distributed computing, yaitu mempelajari penggunaan komputer terkoordinasi yang secara fisik terpisah atau terdistribusi. Sistem terdistribusi membutuhkan aplikasi yang berbeda dengan sistem terpusat. Kemudian berkembang lagi menjadi parallel computing yang merupakan teknik komputasi secara bersamaan dengan memanfaatkan beberapa komputer secara bersamaan.Setidaknya ada dua sisi yang mendorong semakin berkembangnya grid computing saat ini. Kebutuhan akan sumber daya komputasi yang besar di berbagai bidang serta adanya sumber daya komputasi yang tersebar. Grid computing menawarkan solusi komputasi yang murah, yaitu dengan memanfaatkan sumber daya yang tersebar dan heterogen serta pengaksesan yang mudah dari mana saja. Globus Toolkit adalah sekumpulan perangkat lunak dan pustaka pembuatan lingkungan komputasi grid yang bersifat open-source. Dengan adanya lingkungan komputasi grid ini diharapkan mempermudah dan mengoptimalkan eksekusi program-program yang menggunakan pustaka paralel.
Dalam tulisan What is the Grid? A Three Point Checklist oleh Ian Foster (bapak dari Komputasi Grid) ada check-list yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bahwa suatu sistem melakukan komputasi grid yaitu :
Sistem tersebut melakukan koordinasi terhadap sumberdaya komputasi yang tidak berada dibawah suatu kendali terpusat. Seandainya sumber daya yang digunakan berada dalam satu cakupan domain administratif, maka komputasi tersebut belum dapat dikatakan komputasi grid.
Sistem tersebut menggunakan standard dan protokol yang bersifat terbuka (tidak terpaut pada suatu implementasi atau produk tertentu). Komputasi grid disusun dari kesepakatan-kesepakatan terhadap masalah yang fundamental, dibutuhkan untuk mewujudkan komputasi bersama dalam skala besar. Kesepakatan dan standar yang dibutuhkan adalah dalam bidang autentikasi, otorisasi, pencarian sumberdaya, dan akses terhadap sumber daya.Misalnya TCP/IP
Sistem tersebut berusaha untuk mencapai kualitas layanan yang canggih, (nontrivial quality of service) yang jauh diatas kualitas layanan komponen individu dari komputasi grid tersebut.

Pengertian Grid Computing
Grid computing adalah cara penggabungan sumber daya yang melibatkan banyak komputer yang terhubung dalam suatu jaringan yang membentuk suatu kesatuan sistem komputer dengan sumber daya dalam skala besar yang besarnya hampir sama dengan sumber daya komputasi dalam komputer-komputer yang membentuknya yang tidak berada dalam suatu kendali terpusat. Pemilihan nama grid dalam gridcomputing adalah istilah yang diambil dari kata ketenagalistrikan yaitu dimana pembangkit tenaga listrik dihubungkan satu sama lain untuk secara bersama-sama memasok kebutuhan tenaga listrik penggunanya. Masing-masing pengguna hanya menggunakan sebagian dari daya listrik yang dihasilkan oleh seluruh pembangkit tenaga listrik tersebut. Teknologi gridcomputing komponennya dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya komputasi yang telah dihimpun dengan lebih optimal dan aman. Komponen-komponen dari grid computing diuraikan dalam sistem Globus Toolkit yang dikembangkan oleh para peneliti di Argonne National Laboratoty, Amerika Serikat. Sistem Globus Toolkit digunakan oleh pihak-pihak yang ingin menyatukan sumber daya komputasi yang ada menjadi sebuah kesatuan.

Rancangan Grid Computing
Grid Computing dibangun dengan cara menggabungkan seluruh sistem komputasi grid yang ada di institusi-institusi penelitian menjadi sebuah kesatuan. Pengaturan hardware dan software pada masing-masing sistem di tingkat institusi kemungkinan berbeda, namun dengan menjalankan teknologi Grid Computing dengan menggabungkan simpul-simpul penghubung dari masing-masing sistem, maka akan terbentuk sebah kesatuan sumber daya komputasi grid. Dengan ini berarti pengguna pada suatu institusi dapat memanfaatkan sumber daya komputasi yang berada di luar institusinya. Salah satu syarat dari pembentukan grid computing adalah adanya suatu backbone jaringan berkapasitas besar untuk menghubungkan simpul-simpul penghubung.(memiliki lebar pita mulai dari 2 Mbps sampai dengan 155 Mbps)

Komponen-Komponen Grid Computing
Gram (Grid Resources Allocation & Management)
Komponen ini dibuat untuk mengatur seluruh sumberdaya komputasi yang tersedia dalam sebuah sistem komputasi grid. Pengaturan ini termasuk eksekusi program pada seluruh komputer yang tergabung dalam sistem komputasi grid, mulai dari inisiasi, monitoring, sampai dengan penjadwalan dan koordinasi antar proses yang terjadi dalam sistem tersebut. Juga dapat berkoordinasi dengan sistem-sistem pengaturan sumber daya yang telah ada sebelumnya. Dengan mekanisme ini program-program yang telah dibuat sebelumnya tidak perlu dibangun ulang atau bila dimodifikasi, modifikasinya minimum.

RFT/GridFTP (Reliable File Transfer/Grid File Transfer Protocol)
Komponen ini dibuat agar pengguna dapat mengakses data yang berukuran besar dari semua simpul komputasi yang telah tergabung dalam sebuah sistem komputasi secara efisien. Hal ini tentu saja berpengaruh karena kinerja komputasi tidak hanya bergantung pada kecepatan komputer yang tergabung dalam mengeksekusi program, tapi juga seberapa cepat data yang dibutuhkan dapat diakses. Data yang diakses juga tidak selalu ada pada komputer yang mengeksekusi.

MDS (Monitoring and Discovery Service)
Komponen ini dibuat untuk memonitoring proses komputasi yang sedang dijalankan agar dapat mendeteksi masalah yang timbul dengan segera.  Sedangkan fungsi disovery dibuat agar pengguna mampu mengetahui keberadaan sumber daya komputasi beserta karakteristiknya.

GSI (Grid Security Infrastructure)
Komponen ini dibuat untuk mengamankan sistem komputasi grid secara keseluruhan. Komponen ini membedakan teknologi GT4 dengan teknologi-teknologi sebelumnya. Dengan menerapkan mekanisme keamanan yang tergabung dengan komponen-komponen komputasi grid lainnya, sistem ini dapat diakses secara luas tanpa sedikitpun mengurangi tingkat keamanannya. Sistem keamanan ini dibangun dengan segala komponen yang telah diuji, mencakup proteksi data, autentikasi, delegasi dan autorisasi.

Konsep dasar dalam Grid Computing
Grid computing merupakan sistem komputer dengan sumber daya yang dikelola dan dikendalikan secara lokal.Di mana sumber daya ini berbeda dalam hal kebijakan dan mekanisme yaitu  mencakup sumber daya komputasi dikelola oleh sistem batch berbeda, sistem storage berbeda pada node berbeda. Kebijakan berbeda dipercayakan kepada user yang sama pada sumber daya berbeda pada Grid. Grid computing memiliki sifat alami dinamis artinya Sumber daya dan pengguna dapat sering berubah selain itu.

Keuntungan Grid Computing
Keuntungan dasar dari penerapan komputasi Grid adalah:
  • Perkalian dari sumber daya: Resource pool dari CPU dan storage tersedia ketika idle
  • Lebih cepat dan lebih besar: Komputasi simulasi dan penyelesaian masalah apat berjalan lebih cepat dan mencakup domain yang lebih luas
  • Software dan aplikasi: Pool dari aplikasi dan pustaka standard, Akses terhadap model dan perangkat berbeda, Metodologi penelitian yang lebih baik
  • Data: Akses terhadap sumber data global, dan Hasil penelitian lebih baik
  • Ukuran dan/atau kompleksitas dari masalah mengharuskan orang-orang dalam beberapa organisasi berkolaborasi dan berbagi (share) sumber daya komputasi, data dan instrumen sehingga terwujud bentuk organisasi baru, VIRTUAL ORGANIZATION. Organisasi virtual, sebagai hasil kolaborasi, memberikan beberapa keuntungan lebih lanjut, di antarnya :
  • Sumber daya dan orang-orang yang tersebar
  • Dihubungkan oleh jaringan, melintasi domain-domain admin
  • Berbagi sumber daya, tujuan bersama
  • Dinamis
  • Fault-tolerant
  • Tidak ada batas-batas geografis: Tidak ada masalah VISA karena tidak diperlukan perjalanan orang
Kekurangan Grid Computing

       Kekurangan pada grid computing yang lebih saya tekankan disini adalah mengenai hambatan yang dialami oleh masyarakat Indonesia dalam mengaplikasikan teknologi grid computing. Hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai berikut :
        1.      Manajemen institusi  yang terlalu birokratis menyebabkan mereka enggan untuk fasilitas yang dimiliki untuk digunakan secara bersama agar mendapatkan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat luas.
        2.      Masih sedikitnya sumber daya manusia yang  kompeten dalam mengelola grid computing.
        3.      Kurangnya pengetahuan yang mencukupi bagi teknisi IT maupun user non teknisi mengenai manfaat dari grid computing itu sendiri.
Dengan adanya beberapa manfaat dan hambatan mengenai tersedianya grid computing di Indonesia, maka harus ada solusi yang berfungsi untuk mewujudkan manfaat dan menghilangkan hambatan yang muncul tersebut. Solusi itu antara lain adalah sebagai berikut :
         1.      Memberikan sosialisasi pada instansi pendidikan maupun institusi non pendidikan mengenai manfaat serta biaya dengan menggunakan sistem komputasi grid.
         2.      Kerjasama riset dan pengembangan antara departement dalam suatu perguruan tinggi dan industri.
         3.      Diberikannya mata kuliah tentang grid computing sehingga dapat menghasilkan generasi yang menguasai teknologi ini.
        4.      Adanya pengembangan aplikasi yang relevan dengan grid computing.

Kesimpulan
Grid computing adalah suatu sistem komputer yang memenuhi kriteria seperti harga yang terjangkau , keamanan terjamin, mudah digunakan dan tentu dengan sistem kinerja yang tinggi.
ini disebabkan karena Gridcomputing menjanjikan peningkatan utilitas dan fleksibilitas yang lebih besar untuk sumberdaya infrastruktur, aplikasi dan informasi. Grid computing bisa memberi penghematan uang, baik dari sisi investasi modal maupun operating cost–nya serta dapat mendongkrak kecepatan komputasi dari mesin-mesin yang ada. Grid computing juga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Setiap orang melalui jaringan Grid dapat berpartisipasi sebagai pattner aktif dalam proses pengembangan dan memajukan penelitian dan/atau teknologi.
Penggunaan teknologi Grid menawarkan kesempatan besar bagi peneliti dan ilmuwan, memilih fitur-fitur khusus dari komputasi Grid yang paling memenuhi kebutuhannya, dan juga menentukan bagaimana diimplementasikan.

Sumber :


Ubiquitous Computing

Ubiquitous Computing

Ubiquitous computing dapat didefinisikan sebagai penggunaan komputer yang tersebar di mana user berada. Sejumlah komputer disatukan dalam suatu lingkungan dan tersedia bagi setiap orang yang berada di lokasi tersebut. Setiap komputer dapat melakukan pekerjaan yang dipersiapkan untuk tidak banyak melibatkan intervensi manusia atau bahkan tanpa harus mendeteksi di mana pemakai berada.  Ideubiquitous computing pertama kali disampaikan oleh Mark Weiser (1998) di Laboratorium Komputer Xerox PARC, yang membayangkan komputer dipasangkan di dinding, di permukaan meja, di setiap benda sehingga seseorang dapat berkomunikasi dengan ratusan komputer pada saat yang sama. Setiap komputer secara tersembunyi diletakkan di lingkungan dan dihubungkan secara nirkabel.



Buxton (1995) menyatakan bahwa ubiquitous computing mempunyai karakteristik utama yaitu:
  1. Ubiquity: interaksi tidak dilakukan oleh suatu saluran melalui satu workstation. Akses ke komputer dapat dilakukan di mana saja. Sebagai contoh, di suatu kantor ada puluhan komputer, layar display, dan sebagainya dengan ukuran bervariasi mulai dari tombol seukuran jam tangan, Pads sebesar notebook, sampai papan informasi sebesar papan tulis yang semuanya terhubung ke satu jaringan. Jaringan nirkabel akan tersedia secara luas untuk mendukung akses bergerak dan akses jarak jauh.
  2. Transparency: teknologi ini tidak menganggu keberadaan pemakai, tidak terlihat dan terintegrasi dalam suatu ekologi yang mencakup perkantoran, perumahan, supermarket, dan sebagainya.
Karakteristik Lingkungan
Ada banyak jenis layanan yang dapat ditawarkan dalam lingkungan AmI, antara lain layanan-layanan airport, perkantoran, perbankan, transportasi, supermarket, pendidikan, rumah tangga, dan lain-lain yang tercakup dalam suatu area perkotaan. Karakteristik dari lingkungan pelayanan ini adalah sebagai berikut:
-         Personal Device
Pemakai dilengkapi dengan peralatan pribadi yang mudah dibawa (portable) seperti: PDA, smart phone, komputer kecil yang mudah dibawa, atau sejumlah peralatan nirkabel yang saling terhubung membentuk suatu Body Area Network. Peralatan-peralatan tersebut secara dinamis dapat menyesuaikan jenis protokol radio yang berbeda.
-         Network Architecture
Para pemakai bergerak dalam suatu jaringan komunikasi nirkabel heterogen yang membentuk suatu jaringan berkabel yang lebih luas. Peralatan pemakai saling terhubung menggunakan jaringan nirkabel berbasis infrastruktur. Peralatan-peralatan tersebut juga dapat berhubungan dengan peralatan, sensor, dan layanan yang ada di lingkungan.
-         Service Provisioning
Layanan bagi pemakai disediakan di berbagai tempat berbeda dalam lingkungan AmI di mana pemakai dapat menggunakan layanan yang tersedia dengan sumber-sumber daya yang terhubung tanpa kabel. Layanan-layanan ini diberikan oleh suatu sistem layanan gabungan dengan application server yang dapat diakses melalui infrastruktur jaringan.
-         Sensing Architecture
Untuk mendukung pemberian layanan-layanan tersebut, lingkungan AmI dilengkapi berbagai jenis sensor. Sensor ini membuat interaksi antara pemakai dengan jenis layanan yang dibutuhkan menjadi lebih efisien. Sensor ini akan menangkap informasi dari lingkungan secara terus-menerus dan memantau aktivitas yang dilakukan para pemakai. Sensor ini kemudian membawa informasi tersebut ke sebuah modul AmI yang akan memprosesnya dalam suatu aplikasi. Jenis sensor yang digunakan meliputi jenis sensor tradisional seperti: sensor suhu, tekanan, cahaya, kelembaban udara, dan sensor-sensor yang lebih kompleks, seperti kamera yang dihubungkan dengan jaringan kabel. Dengan demikian, infrastruktur AmI harus dapat menangkap informasi-informasi dari peralatan-peralatan sensor tersebut.
-         Modes of Interaction
Pemakai berinteraksi dengan layanan melalui suatu multimodal user interfaceyang menggunakan peralatan pribadi untuk berkomunikasi. Multimodal  communication memungkinkan pemakai mangakses layanan tidak hanya pada saat mereka duduk di depan PC, tetapi juga pada saat mereka bergerak bebas dalam lingkungan AmI.
Spesifikasi Teknis
Ubiquitous computing mempunyai beberapa spesifikasi teknis sebagai berikut:

1. Terminal & user interface
Peralatan yang digunakan sebaiknya mempunyai kualitas tampilan yang bagus dan responsif terhadap input dari pemakai. Walaupun dengan ukuran display yang terbatas, penggunaanya harus intuitif dengan tampilan yang bersih menggunakan alat input yang berbeda seperti: penhandwriting recognition danspeech recognition.

2. Peralatan yang murah
Jika kita membangun sebuah sistem dengan banyak komputer untuk satu pemakai, biaya satu komputer hendaklah tidak terlalu mahal. Meskipun komputer biasa pada umumnya relatif lebih mahal, kamputer ini tidak dapat digunakan untuk ubiquitous computing. Tidak semua komputer dalam ubiquitous computing memerlukan prosesor dan harddisk dengan spesifikasi seperti dalam komputer biasa.

3. Bandwidth tinggi
Kebutuhan lain dari ubiquitous computing adalah mempunyai bandwidth jaringan yang cukup untuk melakukan komunikasi
antara peralatan-peralatan yang digunakan. Selain masalah bandwidth, ada beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan berkaitan dengan transformasi data melalui jaringan, antara lain: lokasi terminal untuk mobile communication, penggunaan frekuensi yang tepat, menjaga kualitas layanan, enkripsi data, dan mengurangi gangguan-gangguan laten terhadap jaringan.

4. Sistem file tersembunyi
Ketika seorang pemakai menggunakan komputer, dia harus belajar beberapa aspek dasar tentang sistem operasi dan konsep-konsep file serta struktur direktori. Hal ini mengakibatkan pemakai akan lebih terfokus pada bagaimana informasi akan disimpan, bukan pada informasi itu sendiri. Salah satu kebutuhan ubiquitous computing adalah bahwa komputer harus tersembunyi. Komputer harus dapat “memahami” kondisi pemakai. Sebagai contoh, melalui penggunaan voice recognition atau interface lainnya yang memungkinkan pemakai melakukan akses tanpa harus mengetahui nama file tertentu, lokasi atau format file tersebut.

5. Instalasi otomatis
Ubiquitous computing harus dapat mengeliminasi kebutuhan instalasi program. Dalam sistem konvensional, seringkali diperlukan instalasi program yang dapat menimbulkan masalah, dan dalam beberapa kasus harus melibatkan pemakai. Konsep ini tidak berlaku dalam ubiquitous computing. Program harus dapat berpindah dari sebuah komputer
ke komputer lain tanpa harus mengubah konfigurasi dasar dalam menjalankan suatu program baru. Salah satu alternatif adalah dengan menggunakan bahasa pemrograman Java yang dapat dipindahkan ke komputer lain dengan mudah (platform-independent).

6. Personalisasi informasi
Akan lebih baik jika ubiquitous computing system dapat menjaga agar informasi yang tersedia dapat digunakan sesuai kebutuhan pemakai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah setiap kali ada seseorang yang baru bergabung dalam sebuah komunitas, profil pribadi orang tersebut harus ditambahkan ke setiap peralatan yang ada.

7. Privasi
Salah satu masalah yang paling penting dalam ubiquitous computing adalah resiko privasi yang serius. Sistem ini dapat menyimpan data-data pemakai dan lokasinya yang mungkin dapat diakses oleh pemakai lain. Teknologi jaringan yang baru seperti infra merah atau komunikasi radio nir kabel menggunakan enkripsi untuk menjaga keamanan data.

Potensi Ambient Intelligence di Indonesia
Dalam paper yang disampaikan pada Seminar dan Pameran Teknologi Informasi, Wawan Wardiana (2002) menyimpulkan bahwa perkembangan teknologi informasi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusia dalam memahami komponen teknologi informasi, seperti perangkat keras dan perangkat lunak komputer, sistem jaringan baik berupa LAN maupun WAN dan sistem telekomunikasi yang akan digunakan untuk transfer data.
Pada saat ini kemampuan sumber daya manusia dalam memahami komponen teknologi informasi sudah semakin meningkat. Salah satu bukti pemahaman ini adalah dengan trend teknologi informasi yang tidak saja berpengaruh terhadap gaya hidup para profesional, pelaku bisnis dan pemakai lain di kalangan orang dewasa, tetapi juga berpengaruh terhadap para remaja di tingkat sekolah bahkan anak-anak. Penggunaan teknologi komunikasi seperti SMS, MMS, chatting dan e-mail sudah begitu memasyarakat. Trend penggunaan teknologi informasi ini juga dapat kita jumpai di berbagai bidang, seperti pendidikan, perbankan, perdagangan, pemerintahan dan lain-lain.
Di bidang pendidikan, teknologi informasi sangat berperan dalam menyediakan sarana belajar-mengajar yang lebih efisien seperti trend belajar jarak jauh (distance learning), belajar secara elektronis (e-learning), perpustakaan elektronik (e-library), dan multimedia. Sebagai contoh, Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang memberikan kemudahan bagi seluruh mahasiswa untuk melakukan pembayaran uang kuliah melalui bank tanpa harus datang ke kampus, melihat nilai atau mengecek absensi cukup melalui SMS Kampus. Di bidang perbankan, teknologi informasi memberikan kemudahan-kemudahan dalam bertransaksi. Semakin banyak pelaku ekonomi, khususnya di kota-kota besar yang tidak lagi menggunakan uang tunai dalam transaksi pembayarannya, tetapi cukup menggunakan kartu elektronik atau smart card. Nasabah pun tidak perlu lagi datang ke lokasi untuk melakukan transfer uang ke bank yang berbeda.
Berdasarkan fakta-fakta yang digambarkan di atas, muncul suatu pemikiran bahwa trend teknologi informasi di Indonesia akan mengarah ke ubiquitous computing yang merupakan konsep dasar dari teknologi Ambient Intelligence. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan akan potensi penggunaan teknologi AmI di Indonesia ini adalah sebagai berikut:
  1. Semakin berkembangnya teknologi jaringan khususnya jaringan nirkabel yang memungkinkan transfer data dapat dilakukan dengan lebih cepat dengan biaya yang relatif lebih kecil.
  2. Tingkat kemampuan masyarakat dalam menggunakan atau membeli komputer dengan kemampuan tinggi. Walaupun masih terbatas untuk kalangan tertentu, seperti pelajar, mahasiswa, profesional, pelaku bisnis dan sebagainya, namun pemakaiannya sudah semakin menyebar sehingga orang awam pun sudah terbiasa dengan lingkungan di mana komputer merupakan alat bantu dalam kegiatan-kegiatan sehari-hari.
  3. Cepatnya perkembangan dan penyebaran teknologi komunikasi di kalangan masyarakat luas memenuhi kebutuhan ubiquitous communication yang merupakan salah satu pilar teknologiAmbient Intelligence.
  4. Kebutuhan sumber daya manusia di bidang teknologi informasi yang sudah semakin banyak tersedia. Ketersediaan sumber daya manusia ini didukung oleh semakin berkembangnya sekolah-sekolah tinggi dan universitas-universitas yang khusus mendalami bidang ilmu komputer dan teknologi informasi.
  5. Situasi lingkungan yang menuntut tersedianya fasilitas pelayanan yang lebih efisien dan cepat. Jumlah populasi penduduk yang terus meningkat akan menimbulkan masalah kualitas pelayanan dari berbagai instansi yang melayani masyarakat luas. Masalah-masalah tersebut antara lain: antrian yang disebabkan banyaknya orang yang memerlukan layanan yang sama pada saat yang sama, kepadatan lalu-lintas yang juga disebabkan oleh makin banyaknya orang memerlukan layanan. Bukan hanya pelayanan transportasi, tapi juga pelayanan-pelayanan lain yang memerlukan transportasi karena mereka harus datang ke lokasi.
Kemudian seperti apa contoh ataupun wujud dari ubiquitous computing … ??
#contoh 1:
Suatu ketika hidup seorang engineer di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi. Dia berangkat kerja dengan mobilnya melewati jalan tol modern tanpa penjaga pintu tol. Mobil sang engineer telah dilengkapi dengan sebuah badge pintar berisi microchip yang secara otomatis akan memancarkan identitas mobil tersebut pada serangkaian sensor saat melewati pintu tol seperti tampak pada gambar 1. Pembayaran jalan tol akan didebet langsung dari rekeningnya setiap minggunya sesuai data yang di-update setiap mobilnya melewati pintu tol dan disimpan dalam komputer pengelola jalan tol.
#contoh 2:
Saat mobilnya mendekati pintu kantor, sensor pada gerbang pagar kantor mengenali kendaraan tersebut berkat pemancar lain yang terdapat di mobil tersebut dan secara otomatis membuka gerbang.
#contoh 3:
Pada kartu pegawai sang engineer terpasang device pemancar yang secara otomatis akan mengaktifkan serangkaian sensor pada saat ia memasuki kantor. Pintu ruang kerjanya akan terbuka secara otomatis, pendingin ruangan akan dinyalakan sesuai dengan suhu yang nyaman baginya dan mesin pembuat kopi pun menyiapkan minuman bagi sang engineer.
#contoh 4:
Meja kerja sang engineer dilapisi sebuah pad lembut yang mempunyai berbagai fungsi. Saat ia meletakkan telepon selulernya di pad tersebut, secara otomatis baterai ponsel tersebut akan diisi. Jadwal hari tersebut yang sudah tersimpan dalam ponsel akan ditransfer secara otomatis ke dalam komputer dengan bantuan pad tersebut sebagai alat inputnya. Misalkan di hari tersebut ia telah mengagendakan rapat bersama para stafnya maka komputer secara otomatis akan memberitahukan kepada seluruh peserta rapat bahwa rapat akan segera dimulai.
Contoh di atas tidak memerlukan sebuah penemuan teknologi revolusioner, tidak ada algoritma kecerdasan buatan yang rumit atau alat-alat dengan teknologi seperti pada film-film fiksi ilmiah yang tidak terjangkau oleh kenyataan. Charger paduntuk telepon seluler seperti pada gambar 2 misalnya, saat ini merupakan sebuah alat yang telah diproduksi secara komersial. Apabila charger tersebut diberi suatu fitur yang dapat mentransfer data dari telepon seluler ke komputer maka sempurnalah fungsinya sebagai sebuah contoh ubicomp device. Dengan teknologi mikro dan nano saat ini satu buah kartu pegawai yang kecil dan pipih dengan beberapa microchip dapat berfungsi sebagai pemancar sekaligus media penyimpanan data. Reaksi alat-alat semacam pad, pendingin ruangan, pintu otomatis, dan sebagainya dapat diatur dengan serangkaian perintah IF-THEN yang sederhana. Untuk komunikasi antar alat atau dari pemancar menuju sensor hanya dibutuhkan teknologi wireless biasa yang saat ini pun sudah umum digunakan.
Selanjutnya, aspek-aspek apa sajakah yang mendukung pengembangan dari ubiquitous computing ..??
*)) Natural Interfaces: penggunaan aspek-aspek alami sebagai cara untuk memanipulasi data, contohnya teknologi semacamvoice recognizer ataupun pen computing.
*)) Context Aware Computing: memandang suatu proses komputasi tidak hanya menitikberatkan perhatian pada satu buah obyek yang menjadi fokus utama dari proses tersebut tetapi juga pada aspek di sekitar obyek tersebut, contohnya komputasi konvensional.
*)) Micro-Nano Technology: Teknologi yang memanfaatkan berbagai microchip dalam ukuran luar biasa kecil semacam T-Engine ataupun Radio Frequency Identification (RFID) diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk smart card atau tag. Contohnya, seseorang yang mempunyai karcis bis berlangganan dalam bentuk kartu cukup melewatkan kartunya tersebut di atas sensor saat masuk dan keluar dari bis setelah itu saldonya akan langsung didebet sesuai jarak yang dia tempuh.
Jadi, kesimpulannya ……..
Ubiquitous Computing atau Ubicomp menjadi inspirasi dari pengembangan komputasi yang bersifat “off the desktop”, di mana interaksi antara manusia dengan komputer bersifat natural dan secara perlahan meninggalkan paradigmakeyboard/mouse/display dari generasi PC. Kita memahami bahwa jika seorang manusia bergerak, berbicara atau menulis hal tersebut akan diterima sebagai input dari suatu bentuk komunikasi oleh manusia lainnya. Ubicomp menggunakan konsep yang sama, yaitu menggunakan gerakan, pembicaraan, ataupun tulisan tadi sebagai bentuk input baik secara eksplisit maupun implisit ke komputer. Salah satu efek positif dari ubicomp adalah orang-orang yang tidak mempunyai keterampilan menggunakan komputer dan juga orang-orang dengan kekurangan fisik (cacat) dapat tetap menggunakan komputer untuk segala keperluan.

Sumber Jurmal :

Jumat, 22 November 2013

Jumat, 15 November 2013

Laporan 7 (Wireless LAN)

Power Over Ethernet

PoE [Power over Ethernet]

PoE / Power over Ethernet
PoE teknologi adalah sistem yang memanfaatkan kabel UTP twisted pair untuk mentransmisikan daya(power) melalui pair/urat yang tidak terpakai.

Teknologi PoE seperti ini telah banyak di dukung oleh perangkat-perangkat jaringan saat ini, seperti Switch dan Wireless Access Point. Sehingga tidak diperlukan lagi Catu daya terpisah. Cukup sebuah kabel UTP saja yang terpasang antara switch dan access point. 


POE yang umum di gunakan mengacu ke standar IEEE 802.3af dimana maximum power per port adalah 15.4W. Muncul nya standar baru IEEE 802.3at dimanamaximum power per port adalah 34.2W dikarenakan banyak perangkat baru yangmembutuhkan supply power lebih tinggi.
Fungsi PoE ?
PoE digunakan untuk menyelesaikan masalah sulitnya mencari sumber power pada saat memasang perangkat seperti access point, IP Phone, dll.

Bila tidak ada PoE ?
Kita harus memasang Access Point atau IP Phone di sebuahruangan yang besar, cost akan tinggi karena setiap perangkat butuh 2 pair yaitu kabel UTP untuk data dan kabel listrik. Dengan Poe kita cukup membuat 1 tarikan/pair yaitu kabel UTP.

Alasan menggunakan PoE
Mudah dalam instalasai dan biaya yang lebih murah

PoE yang tidak terintegrasi dengan perangkat switch atau Wireless Access Point 
(WAP)

PoE semacam ini terdiri dari sebuah jack Power ke PLN dan 2 buah port Rj-45 Untuk disambungkan ke2 buah perangkat, misal yang satu ke switch dan satunya lagi ke Wireless AP. PoE seperti ini berguna jika salah satu perangkat tidak mendukung PoE, misal kita punya Wireless Access Point yang medukung PoE tapi switch yang kita pake tidak terdapat fasilitas PoE.

PoE biasa nya di pasang di switch, namun bila switch anda tidak mendukungPoE maka gunakan PoE injector untuk masing perangkat atau menggunakan midspan.Midspan seperti switch tapi fungsi hanya untuk injeksi power ke perangkatyang mendukung PoE. PoE Switches lebih simple dalam penggunaan.
Bila mau membeli Switch, Access point, IP Phone, pastikan perangkat tersebut mendukung standar PoE.
Apa standar PoE
Institute of Electronics Engineers Electrical (IEEE) 802.3af Task Force telah meratifikasi teknologi ke dalam standar Ethernet.

The IEEE 802.3af standar meliputi interoperabilitas menggunakan produk PoE dan mencakup PSE – Endspan atau midspan, Device Powered (PD) dan persyaratan kabel.Hal ini didukung oleh semua pemain jaringan bahwa kekuatan IP-perangkat yang terkoneksi, seperti voice-over-IP (VoIP) telepon, LAN nirkabel akses poin (WLAN) (AP) dan perangkat keamanan canggih, melalui infrastruktur kabel Ethernet yang ada.

Prinsip Kerja PoE



Cara membuat
Jika anda membeli POE dibutuhkan dana ratusan ribu untuk POE itu sendiri, cukup mahal bukan?, namun jika anda kreatif kenapa anda tidak membuatnya sendiri, bukankah hal tersebut membuat anda lebih berhemat ?

POE buatan sendiri dengan WRT54G/GL/GS (dd-wrt) sebagai client dengan panjang kabel UTP 20 Meter. Hal ini sangat pasti membuat tegangan DC diujung yang lainnya menjadi berkurang, tetapi masih bisa menghidupkan Wireless Router tersebut. Pengurangan tegangan DC tersebut untuk panjang kabel 20 meter sekitar 1 hingga 3 Volt tergantung kualitas kabel yang dimiliki wrouter.
Bahan yang perlu di siapkan untuk membuat kabel PoE
1.      Connector DC Power Supply ( banyak dijual di toko elektronik Rp. 2000,-)
2.      Selang bakar (Harga Rp. 15.000,-/Meter) – (Optional)
3.      Volt Meter/Amper Meter (Optional)
4.      Tang Crimping
5.      Kable UTP 15 hingga 20 Meter
6.      Connector RJ45

Step by step membuat kabel POE sendiri.
Isi kabel UTP 8 buah jenis kabel dengan urutan dari samping kiri kekanan yaitu;
1.      putih orange ,
2.      orange ,
3.      putih hijau ,
4.      biru ,
5.      putih biru ,
6.      hijau ,
7.      putih coklat ,
8.      coklat

Kabel yang terpakai untuk membentuk jaringan LAN sebenarnya hanya dibutuhkan 4 Kabel saja yaitu :
1.      putih orange ,
2.      orange ,
3.      putih hijau ,
4.      hijau “

Sedangkan 4 kabel lainnya
1.      biru ,
2.      putih biru ,
3.      putih coklat ,
4.      coklat”

Dapat digunakan untuk dialiri Listrik DC power suplly.
Kabel 4 dan 5 disatukan begitu juga kabel 7 dan 8 juga disatukan.

Berikut illustrasi bergambar yang dapat lebih mudah anda mengerti :


Wireless LAN

Standar IEEE Wireless LAN

Wireless LAN adalah sebuah teknologi komunikasi data yang menggunakan gelombang radio/elektromagnetik. Wireless ini memiliki sebuah standar yang telah dibuat oleh IEEE, wlan juga memiliki standar kode yaitu 802.11, yang memiliki beberapa perkembangan mulai dari 802.11 /a, 802.11 /b, 802.11, 802.11 /g, dan 802.11 /n.

IEEE 802.11 /a

IEEE 802.11 /a yang muncul pada tahun 1999 merupakan pengembangan dari spesifikasi 802.11 yang menambahkan keluaran lebih besar sampai dengan 54 Mbits/s dengan menggunakan pita frekuensi 5 Ghz. Standar 802.11 /a menggunakan protokol inti yang sama dengan standar orisinilnya, beroperasi di pita frekuensi 5 GHz, dan menggunakan 52-subcarrier OFDM (Orthogonal Frequency - Division Multiplexing) dengan kecepatan transfer data 54Mbit/s. Kecepatan transfer data dikurangi menjadi 48, 36, 24, 18, 12, 9 dan 6 Mbit/s jika diperluka. 802.11 /a pada dasarnya memiliki 12/13 non-overlapping channel, 12 yang bisa digunakan untuk di dalam ruangan dan 4/5 dari 12 yang dapat digunakan pada konfigurasi point to point di luar ruangan.
Belakangan ini banyak negara yang mengijinkan pengoperasian pada pita 5.47 sampai 5.725 GHz sebagai pengguna kedua menggunakan metode pada 802.11h. ini akan menambah 12/13 channels untuk keseluruhan pita 5GHz dan memungkinkan kapasitas jaringan nirkabel secara signifikan secara keseluruhan, memungkinkan kemungkinan 24+ channel untuk beberapa negara. 802.11 /a menggunakan teknik modulasi OFDM yang memiliki beberapa keuntungan yaitu higj multipath seperti di dalam ruang kantor, dan frekuensi yang lebih tinggi memungkinkan pembuatan antena yang lebih kecil dengan RF system gain yang lebih tinggi yang menetralkan kelemahan dari operasi pita frekuensi yang lebi tinggi, dan tidak ada gangguan dari perangkat lain misalnya oven microwave telpon nirkabel . tetapi kelemahan dari 802.11 /a ini tidak dapat memancar dengan jauh, karena frekuensi yang tinggi, dan cenderung diserap oleh tembo dan benda padat lainnya dan perangkat 802.11 /a cenderung lebih mahal harganya.

IEEE 802.11 /b

IEEE 802.11 /b adalah standar wlan yang kedua, berbeda dengan 802.11a, frekuensi yang digunakan adalah 2,4 Ghz sehingga sangat tidak mungkin untuk berkomunikasi dengan 802.11a. standar ini sering disebut dengan WIFI (wireless Fidelity). Maksimum bandwith yang dapat dilalui dalam 802.11 /b adalah sebesar 11 Mbps. Teknik modulasi yang digunakan adalah DSSS. Frekuensi 2,4 Ghz adalah frekuensi yang dapat memancar dengan jarak yang jauh dibandingkan dengan 802.11a, tetapi frekeunso tersebut rentan terhadap ganguan perangkai lain seperti microwave, telpon nirkabel bahkan frkuensi ini sering digunakan pada perangkat mainan anak-anak.

Perbandingan dari jarak dan kecepatan tranfer data :



IEEE 802.11 /g

IEEE 802.11 /g adalah standar wlan yang kedua. Standar ini menggunakan frekuensi yang sama dengan 802.11 /b yaitu 2,4 Ghz tetapi kecepatan transfer data lebih besar yaitu 54 Mbps. Saat ini standar 802.11 /g ini biasanya terdapat pada perangkat yang sama dengan 802.11b, karena menggunakan frekuensi yang sama maka, 802.11 /g dapat berkomunikasi dengan 802.11 /b tetapi tetap tidak bisa berkomunikasi dengan 802.11 /a karena berbeda frekuensi. Teknik modulasi yang digunakan adalah OFDM. 802.11g yang dipublikasikan pada bulan Juni 2003 mampu mencapai kecepatan hingga 54 Mb/s pada pita frekuensi 2,45 GHz, sama seperti halnya IEEE 802.11 biasa dan IEEE 802.11b. Standar ini menggunakan modulasi sinyal OFDM, sehingga lebih resistan terhadap interferensi dari gelombang lainnya.

Standar 802.11 /g pada dasarnya mirip dengan standar 802.11 /a yaitu menyediakan jalur komunikasi kecepatan tinggi hingga 54 Mbps. Namun, frekuensi yang digunakan pada standar ini sama dengan frekuensi yang digunakan standar 802.11b yaitu frekuensi gelombang 2,4 GHz dan juga dapat kompatibel dengan standar 802.11 /b. Hal ini tidak dimiliki oleh standar 802.11 /a. Seperti standar 802.11 /a, perangkat-perangkat pada standar 802.11 /g menggunakan modulasi OFDM untuk memperoleh kecepatan transfer data berkecepatan tinggi. Tidak seperti perangkat-perangkat pada standar 802.11 /a, perangkat-perangkat pada standar 802.11 /g dapat secara otomatis berganti ke quadrature phase shift keying (QPSK) untuk berkomunikasi dengan perangkatperangkat pada jaringan wireless yang menggunakan standar 802.11 /b. Dibandingkan dengan 802.11 /a, ternyata 802.11 /g memiliki kelebihan dalam hal kompatibilitas dengan jaringan standar 802.11 /b.
Standar 802.11 /g memiliki beberapa sensitivitas kecepatan yang sesuai dengan Tabel 2. kelebihan 802.11 /g memiliki cepat kecepatan maksimum, jangkauan sinyal yang baik dan tidak mudah terhambat. Sedangkan kekurangan dari 802.11 /g adalah biaya lebih dari 802.11 /b, peralatan dapat mengganggu sinyal pada frekuensi yang tidak diatur.

Sensitivitas Kecepatan Standar 802.11 /g :



Standar 802.11 /g menawarkan bandwidth yang tinggi (54 Mbps throughput maksimum, 30 Mbps dalam praktek) pada rentang frekuensi 2,4 GHz. Standar 802.11 /g mundur-kompatibel dengan standar 802.11 /b, yang berarti bahwa perangkat yang mendukung standar 802.11 /g juga dapat bekerja dengan 802.11 /b.
Namun masalah yang mungkin muncul ketika perangkat - perangkat standar 802.11 /g yang mencoba berpindah ke jaringan 802.11 /b atau bakan sebaliknya adalah masalah interferensi yang di akibatkan oleh penggunaan frekuensi 2,4 GHz. Karena seperti dijelaskan di awal bahwa frekuensi 2,4 GHz merupakan frekuensi yang paling banyak digunakan oleh perangkat-perangkat berbasis wireless lainnya.

IEEE 802.11 /n

IEEE 802.11 /n adalah standar Wlan yang terakhir muncul, standar ini menggunakan frekuensi yang sama dengan 802.11b/g yaitu 2,4 Ghz. Ini adalah masa depan standar jaringan nirkabel. Bekerja di 2,4 GHz, standar 802.11 /n disebut-sebut memiliki kemampuan transfer data antara 100 sampai 200 Mbps. Sama seperti teknologi MIMO (multiple-input multiple-output), 802.11 /n bekerja dengan cara mengutilisasi banyak komponen pemancar dan penerima sinyal sehingga transmisi data dapat dilakukan paralel untuk meningkatkan nilai throughput.

Saluran 40 MHz adalah fitur lain yang dimasukkan ke dalam 802.11n yang menggandakan lebar saluran dari 20 MHz di 802.11 PHY sebelumnya untuk mengirimkan data. Hal ini memungkinkan untuk penggandaan kecepatan data PHY melebihi satu saluran 20 MHz. Hal ini dapat diaktifkan di 5 GHz mode, atau dalam 2,4 GHz jika ada pengetahuan yang tidak akan mengganggu beberapa 802.11 lainnya atau sistem non-802.11 (seperti Bluetooth) menggunakan frekuensi yang sama. IEEE telah menyetujui dan telah di luncurkan dan d publikasikan pada oktober 2009. Dengan munculnya 802.11n telah disetejui pula oleh para produsen perangkat yang mendukung teknologi ini.
802.11n bekerja pada dua tipe frekuensi, yaitu 2.4 dan 5 GHz. Jika dibandingkan dengan versi sebelumnya yaitu 802.11g, yang memiliki raw data rate sebesar 54Mbit/s maka ada kenaikan yang sangat significant pada 802.11n. 802.11n dapat menembus raw data rate hingga 600 Mbit/s dengan lebar channel 40 MHz.

IEEE 802.11 yang lainnya
Sebenarnya masih ada beberapa standar nirkabel lain, seperti IEEE 802.11j, 802.11h, 802.11p. Namun penggunaan standar tadi sangat terbatas, dan umummnya digunakan untuk aplikasi dan penggunaan khusus berkaitan dengan regulasi negara dan aplikasi komunikasi yang lebih spesifik.
Agere Systems telah mengajukan usulan spesifikasi bagi pengembangan protokol jaringan IEEE 802.11n, yang memiliki kemampuan penghantaran data streaming dengan kecepatan 500 Mb/s, atau kira-kira 10 kali kecepatan WLAN saat ini.
Usulan Agere akan diajukan ke IEEE dalam waktu dekat. Usulan ini difokuskan pada dua teknik yang akan mendorong pencapaian kecepatan data yang tinggi dan penggunaan spektrum yang efisien, yaitu teknik MIMO dan penggunaan lebar kanal 40/20 MHz.
Teknik MIMO digunakan untuk meningkatkan throughput data, dengan menciptakan semacam saluran udara (air path) yang dapat mengangkut data-data yang berbeda menggunakan frekuensi yang sama, di samping dengan meningkatkan kecepatan transmisi data.
Penggunaan lebar kanal 20 dan 40 MHz memungkinkan peningkatan kapasitas data. Kanal 40 MHz, yang terdiri atas dua kanal 20 MHz terpisah, akan menggandakan kapasitas WLAN yang saat ini mencapai 54 Mb/s menjadi 125 Mb/s per transmisi, dengan memanfaatkan band quad yang belum digunakan yang terletak di antara dua kanal. Throughput akan meningkat sebanding dengan jumlah antena. Minimal, harus digunakan dua antena pada setiap transmitter dan receiver, dan maksimum empat. Konfigurasi antena MIMO 4×4 dengan kanal yang diperlebar, akan meningkatkan kecepatan data mendekati 500 Mb/s.


Sumber : http://belajarjaringanringan.blogspot.com/2013/11/standar-ieee-wireless-lan.html